Rabu, 12 Juni 2013

ADAB BELAJAR

NAMA : KHOIRUR ROZIKIN
Fakultas Dakwah Dan Komunikasi/ IAIN Walisongo Semarang

ADAB BELAJAR
Oleh: Muhbib Abdul Wahab

Hakikat hidup adalah belajar. Hakikat belajar adalah proses transformasi diri menuju peningkatan kapasitas intelektual, keluhuran moral, kedalaman spiritual, kecerdasan sosial, keberkahan profesional, dan perubahan sosial menuju Khaira Ummah (umat terbaik). Dengan belajar, manusia bisa hidup bermartabat dan membangun peradaban yang bersendikan nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan.
Perintah Allah swt yang pertama kepada Nabi Muhammad Saw. adalah membaca. (Qs Al-Alaq [96] : 1- 6). Perintah ini sangat penting karena inti belajar adalah membaca. Tidak ada proses pembelajaran yang tidak melibatkan aktivitas pembacaan. Dalam Islam, belajar adalah ibadah. “Menuntut ilmu itu (belajar) wajib bagi muslim dan muslimah.”  (HR Muslim).
Perintah membaca tersebut sarat dengan adab (etika) mulia. Tidak semua membaca itu disebut belajar atau mencari ilmu. Al-qur`an mula-mula mengaitkan perintah membaca dengan Bismi rabbik (atas nama Tuhanmu). Artinya, adab belajar mengharuskan pelajar untuk meneguhkan niat yang ikhlas karena semata-mata mengharap ridha Allah Swt., agar ilmu yang diperoleh membuahkan keberkahan dan memberi manfaat bagi orang lain.
Imam Syafi’i (150-204 H) pernah “curhat” kepada gurunya, Waqi’ mengenai hafalannya yang buruk. Sang guru menasehatinya agar meninggalkan maksiat. Kata sang guru, ilmu itu cahaya, dan cahaya Allah itu tidak akan diberikan kepada orang yang berbuat maksiat. Dengan demikian, belajar harus jauh dari perbuatan maksiat agar apa yang dipelajari menjadi “cahaya” yang dapat menerangi jalan hidup si pembelajar.
Selain Bismi Rabbik dan menjauhi maksiat, pelajar juga harus senantiasa berperilaku yang baik (husnul adab), rajin, tekun, rendah hati, dan selalu mengamalkan ilmunya. “Ilmu yang tidak diamalkan itu bagaikan pohon yang tidak berbuah.”
Imam Syafi’i juga menegaskan bahwa ilmu itu bukan yang dihafal dalam pikiran, tetapi yang bermanfaat dalam perbuatan. Sabda Nabi Muhammad Saw., “Siapa yang bertambah ilmunya, tetapi tidak bertambah petunjuknya (amalnya tidak semakin baik), maka ia hanya semakin jauh dari Allah Swt.”  (HR Ad-Darimi).
Belajar menuntut otimalisasi kecerdasan, kesungguhan, ketekunan, dan kesabaran, karena belajar itu bukan merupakan proses yang instan (langsung berilmu), tetapi memerlukan kerja keras, ikhlas, dan cerdas.
Imam Syafi’i, pernah bersyair, “Engkau tidak akan memperoleh ilmu kecuali enam hal yaitu: kecerdasan, antusiasme (kesungguhan), kesabaran, bekal yang cukup, bimbingan guru, dan waktu yang lama. ”
Jadi, belajar itu bukan sekedar datang ke sekolah atau kampus untuk mendengar dan mencatat apa yang disampaikan guru, melainkan juga berusaha mengembangkan pemikiran, pengetahuan, kepribadian, moralitas dan profesionalitas.
Karena belajar itu ibadah, maka menurut Imam Ja’far As-Shadiq, belajar itu harus dimulai dengan thaharah (pembersihan diri) dan berwudu agar terhindar dari godaan setan. Adab lainnya adalah menghormati guru dan ulama. Pelajar juga dianjurkan untuk berlapang dada (toleran) dalam menghadapi perbedaan pendapat dan pemikiran.[1]
Wallahu a’lam.



[1] HIKMAH (Harian Republika; Sabtu, 19 Mei  2013). Hlm 1.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar